WELCOME TO MY BLOG
ini adalah blog pribadi yang memuat karya-karya saya
Rabu, 28 April 2010
O KATA
O Kata
Sudah genap
O kata
Dua patah,
Yang dikata dengan nyata,
Oleh badan payah patah.
Itu kata
Ada berita,
Terbesar dari sewarta,
Karna oleh kata nyata
Tuhan menang segala titah!
Karna kata,
Aku serta
Oleh Allah diberi harta
Selamat alam semesta
J.E.Tatengkeng
Puisi J. E. Tatengkeng
PANGGILAN PAGI MINGGU
Sedang kududuk di ruang bilik,
Bermain kembang di ujung jari,
Yang tadi pagi telah kupetik,
Akan teman sepanjang hari.
Kudengar amat perlahan,
Mendengung di ombak udara,
Menerusi daun dan dahan,
Bunyi lonceng di atas menara.
Katanya:
Kukui apang biahe,
Lulungkang u apang nate
Kupanggil yang hidup,
Kutangisi yang mati,
Pintu jiwa jangan ditutup,
Luaskan Aku masuk ke hati
Masuklah, ya, Tuhan dalam hatiku!
Sedang kududuk di ruang bilik,
Bermain kembang di ujung jari,
Yang tadi pagi telah kupetik,
Akan teman sepanjang hari.
Kudengar amat perlahan,
Mendengung di ombak udara,
Menerusi daun dan dahan,
Bunyi lonceng di atas menara.
Katanya:
Kukui apang biahe,
Lulungkang u apang nate
Kupanggil yang hidup,
Kutangisi yang mati,
Pintu jiwa jangan ditutup,
Luaskan Aku masuk ke hati
Masuklah, ya, Tuhan dalam hatiku!
Sajak Robert Frost
Jalan tidak diambil
metaphors, personifications, similes, and alliterations.
Dua jalan bercabang di sebuah hutan kuning,
Dan maaf aku tak bisa bepergian berdua
Dan menjadi salah satu perjalanan, lama aku berdiri
Dan melihat ke bawah satu sejauh yang saya bisa
Untuk mana ia membungkuk di semak-semak;
Kemudian mengambil yang lain, seperti adil,
Dan mungkin lebih baik klaim
Karena itu berumput dan ingin pakai,
Meskipun sebagai untuk bahwa lewat sana
Apakah mereka benar-benar dipakai hampir sama,
Dan pagi itu keduanya sama-sama berbaring
Dalam daun tidak ada yang hitam langkah dilalui.
Oh, aku menandai pertama untuk hari lain!
Namun mengetahui bagaimana cara mengarah kepada cara
Aku ragu apakah aku harus kembali.
Aku akan menceritakan ini dengan menghela napas
Di suatu tempat berabad-abad maka:
Dua jalan bercabang di hutan, dan aku,
Aku mengambil satu jarang dilalui oleh,
Dan yang membuat perbedaan.
Oleh Robert Frost
metaphors, personifications, similes, and alliterations.
Dua jalan bercabang di sebuah hutan kuning,
Dan maaf aku tak bisa bepergian berdua
Dan menjadi salah satu perjalanan, lama aku berdiri
Dan melihat ke bawah satu sejauh yang saya bisa
Untuk mana ia membungkuk di semak-semak;
Kemudian mengambil yang lain, seperti adil,
Dan mungkin lebih baik klaim
Karena itu berumput dan ingin pakai,
Meskipun sebagai untuk bahwa lewat sana
Apakah mereka benar-benar dipakai hampir sama,
Dan pagi itu keduanya sama-sama berbaring
Dalam daun tidak ada yang hitam langkah dilalui.
Oh, aku menandai pertama untuk hari lain!
Namun mengetahui bagaimana cara mengarah kepada cara
Aku ragu apakah aku harus kembali.
Aku akan menceritakan ini dengan menghela napas
Di suatu tempat berabad-abad maka:
Dua jalan bercabang di hutan, dan aku,
Aku mengambil satu jarang dilalui oleh,
Dan yang membuat perbedaan.
Oleh Robert Frost
Sabtu, 17 April 2010
....................................
Bila nanti kau pandang aku di utara
Sebagaimana muasalku adalah generasi pengelana
Yang perkasa di darat juga di laut
Aku telah berada di selatan, barat atau timur
Menimang kata dan rasa tentang cinta
Aku mungkin bukan petarung sejati
Atau pengembara yang berani
Mengelilingi tanahmu demi kedamaian hati
Dengan selaksa doa yang terselip pencarian
Dimanakah cinta anugerah Sang Khalik
Karena dulu dalam kebersamaan kau dan aku
Kita sedang mengunyah kebodohan
Yang lahir dari sempitnya ruang usia
Dan dalam ketaksadaran itu
Kita benar-benar bisu terhadap arti dari rasa
Untukmu yang berlalu
Akan kupilih gerbang bertanda pasti
Dari keempat arah mata angin
Dan kujadikan titik tengah
Untuk anugerah cinta kekasihku
Sebagaimana muasalku adalah generasi pengelana
Yang perkasa di darat juga di laut
Aku telah berada di selatan, barat atau timur
Menimang kata dan rasa tentang cinta
Aku mungkin bukan petarung sejati
Atau pengembara yang berani
Mengelilingi tanahmu demi kedamaian hati
Dengan selaksa doa yang terselip pencarian
Dimanakah cinta anugerah Sang Khalik
Karena dulu dalam kebersamaan kau dan aku
Kita sedang mengunyah kebodohan
Yang lahir dari sempitnya ruang usia
Dan dalam ketaksadaran itu
Kita benar-benar bisu terhadap arti dari rasa
Untukmu yang berlalu
Akan kupilih gerbang bertanda pasti
Dari keempat arah mata angin
Dan kujadikan titik tengah
Untuk anugerah cinta kekasihku
Selasa, 13 April 2010
Untuk Arti Penantian
Kala aku masih merasa bisa menunggumu
Waktu meleleh di taman kota yang mulai sepi
Seikat kembang telah mengeluh ditanganku
Kerinduanku beringsut lebur dalam sapaan pelacur
Tetapi keinginan tak bisa kucairkan padanya
Kunasihati seikat kembang dengan ketabahan
Biarlah malam ini embun menjadi indah
Dalam sorot lampu jalanan dan taman
Dan memberi sajak untuk bangku di taman kota
Kesunyian semakin jauh menerbangkan mimpi
Aku masih merasa bisa untuk beberapa saat
Menungguimu agar ini benar-benar sebuah penantian
Waktu meleleh di taman kota yang mulai sepi
Seikat kembang telah mengeluh ditanganku
Kerinduanku beringsut lebur dalam sapaan pelacur
Tetapi keinginan tak bisa kucairkan padanya
Kunasihati seikat kembang dengan ketabahan
Biarlah malam ini embun menjadi indah
Dalam sorot lampu jalanan dan taman
Dan memberi sajak untuk bangku di taman kota
Kesunyian semakin jauh menerbangkan mimpi
Aku masih merasa bisa untuk beberapa saat
Menungguimu agar ini benar-benar sebuah penantian
Sabtu, 10 April 2010
SENANDUNG TAMPUSU II
Lekuk bukit telanjang menggigil lelehkan dingin
Jadi sebuah isyarat prahara akan mengapung
Di sekeliling teratai, dan rindu bergantung di akarnya
Dan di teras kesunyian kunang-kunang termanggu
Beralaskan daun mahoni yang layu
Saat badai menyembur dari dalam jiwaku
Derita berserakan dijalanan bagai kerikil
Melukai telapak malam yang menggenggam senyap
Dan semua yang bernafas tertatih
Mengalir dalam darahku menuju dataran rasa
Hingga membusuk dalam rongga nadi
Ragaku terjerembab beku bagai patung lilin
Batang-batang palem lantunkan duka
Iringi untaian sajak kelana sang kabut
Yang mampir sesaat dalam mataku
Dan dari atas sampan yang hanya bergerak bersama arus
Sebab dayungku karam dan layar telah sobek
Aku mencoba tabah mencari namamu
Yang kuselip di dahan cempaka muda
Waktu kerinduan membisik akan ada pertemuan nanti
Jadi sebuah isyarat prahara akan mengapung
Di sekeliling teratai, dan rindu bergantung di akarnya
Dan di teras kesunyian kunang-kunang termanggu
Beralaskan daun mahoni yang layu
Saat badai menyembur dari dalam jiwaku
Derita berserakan dijalanan bagai kerikil
Melukai telapak malam yang menggenggam senyap
Dan semua yang bernafas tertatih
Mengalir dalam darahku menuju dataran rasa
Hingga membusuk dalam rongga nadi
Ragaku terjerembab beku bagai patung lilin
Batang-batang palem lantunkan duka
Iringi untaian sajak kelana sang kabut
Yang mampir sesaat dalam mataku
Dan dari atas sampan yang hanya bergerak bersama arus
Sebab dayungku karam dan layar telah sobek
Aku mencoba tabah mencari namamu
Yang kuselip di dahan cempaka muda
Waktu kerinduan membisik akan ada pertemuan nanti
GELAGAT RINDU
Di dalam kelam aku datang padamu
Mengantar sedikit pesan yang kuperoleh
Ketika waktu hanyalah mimpi semata
Untuk s’lalu bersamamu menjamah waktu
Dan memberi hiasan permata disepanjang jalanmu
Kita hanya bisa bersua dalam malam
Penuh nada, irama sunyi hanyalah rindu
Dengan keliahiannya membuat ruh para pecinta
Masuk dalam kungkungan rasa aku dan dirimu
Sebagai petualang di rimba paruh rindu
Cinta dan artinya yang tertera dalam bentangan pandang
Kadang kelabu dalam dada yang mendamba
Untuk kita yang punya cerita dan melahirkan kisah
Dalam jaman yang selalu histeris kedamaian
Karena ditiap senja keinginan tak terbendung datang
Telah tersebar dengan penuh keharuan
Bunga-bunga yang dipetik dari ketandusan rasa
Yang mencuat kala kata-kata penuh pemujaan pada cinta
Menjadi tiang penyangga jantungku
Yang tertanam dalam hening sang kesunyian
Kini dan nanti akan ada kisah tertulis
Tentang setapak penuh air mata dan darah
Tetapi bukan aku atau dirimu yang menceritakannya
Kepada generasi yang datang nanti
Karena kita adalah tokoh yang kelam didalamnya
Di penghujung kelam masih ada kekelaman
Dan itu membawaku menemuimu dengan sisa nafas
Mencoba membilas kekelaman dengan kemurnian
Yang kuperoleh ketika kau datang di suatu malam
Di antara malam-malam yang selalu sepi
Mengantar sedikit pesan yang kuperoleh
Ketika waktu hanyalah mimpi semata
Untuk s’lalu bersamamu menjamah waktu
Dan memberi hiasan permata disepanjang jalanmu
Kita hanya bisa bersua dalam malam
Penuh nada, irama sunyi hanyalah rindu
Dengan keliahiannya membuat ruh para pecinta
Masuk dalam kungkungan rasa aku dan dirimu
Sebagai petualang di rimba paruh rindu
Cinta dan artinya yang tertera dalam bentangan pandang
Kadang kelabu dalam dada yang mendamba
Untuk kita yang punya cerita dan melahirkan kisah
Dalam jaman yang selalu histeris kedamaian
Karena ditiap senja keinginan tak terbendung datang
Telah tersebar dengan penuh keharuan
Bunga-bunga yang dipetik dari ketandusan rasa
Yang mencuat kala kata-kata penuh pemujaan pada cinta
Menjadi tiang penyangga jantungku
Yang tertanam dalam hening sang kesunyian
Kini dan nanti akan ada kisah tertulis
Tentang setapak penuh air mata dan darah
Tetapi bukan aku atau dirimu yang menceritakannya
Kepada generasi yang datang nanti
Karena kita adalah tokoh yang kelam didalamnya
Di penghujung kelam masih ada kekelaman
Dan itu membawaku menemuimu dengan sisa nafas
Mencoba membilas kekelaman dengan kemurnian
Yang kuperoleh ketika kau datang di suatu malam
Di antara malam-malam yang selalu sepi
YANG KAN BERAKHIR
Biarkan sisa umur kita jadi dendam yang menyatu
Melawan gumul lara yang tak tentu batas
Dalam bentangan kenangan di sepanjang jalan
Dan yang tersebar di pantai dekat kediamanmu
Karena akan ada disuatu hari tanpa kita sadari
Bunga-bunga mengembang menembus jeruji duri
Dan dengan keangkuhan aromanya mereka berteriak
Kami telah merdeka dari semua kenangan lalu
Tetapi aromanya telah beracun saat dalam desakkan waktu
Begitu lama mereka mencari kebebasan dan artinya
Bangkitkan kekuatan seperti gelombang menelantar
Tiap benda yang mengapung di lautan
Agar tertulis oleh tangan-tangan waktu dengan bersih
Pada dinding kamarmu semua pertarungan rasa
Yang terciptakan karena kelemahan
Dalam rahim sanubari dan jiwamu
Di bumi ini tersimpan intisari alam yang dasyat
Terpendam dalam pelukan bukit karang
Kau tak pernah menyadari kalau itu juga sebuah kekuatan
Di sana kenangan-kenangan selalu abadi tersimpan
Terlebih cinta dan kemisteriusan yang erat mengikatmu
Kau tak berdaya dalam jajahannya
Segala dera
Segala kekuatiran
Segala sedih
Segala luka
Segala-galanya adalah sahabat sang kelemahan
Yang ada bersama makna dari kehidupan
Melawan gumul lara yang tak tentu batas
Dalam bentangan kenangan di sepanjang jalan
Dan yang tersebar di pantai dekat kediamanmu
Karena akan ada disuatu hari tanpa kita sadari
Bunga-bunga mengembang menembus jeruji duri
Dan dengan keangkuhan aromanya mereka berteriak
Kami telah merdeka dari semua kenangan lalu
Tetapi aromanya telah beracun saat dalam desakkan waktu
Begitu lama mereka mencari kebebasan dan artinya
Bangkitkan kekuatan seperti gelombang menelantar
Tiap benda yang mengapung di lautan
Agar tertulis oleh tangan-tangan waktu dengan bersih
Pada dinding kamarmu semua pertarungan rasa
Yang terciptakan karena kelemahan
Dalam rahim sanubari dan jiwamu
Di bumi ini tersimpan intisari alam yang dasyat
Terpendam dalam pelukan bukit karang
Kau tak pernah menyadari kalau itu juga sebuah kekuatan
Di sana kenangan-kenangan selalu abadi tersimpan
Terlebih cinta dan kemisteriusan yang erat mengikatmu
Kau tak berdaya dalam jajahannya
Segala dera
Segala kekuatiran
Segala sedih
Segala luka
Segala-galanya adalah sahabat sang kelemahan
Yang ada bersama makna dari kehidupan
Senin, 05 April 2010
RINDUKAH AKU
Kesendirian
Kini kau benar-benar hadir
Dan aku tergantung sepi
Di langit malam
Angin
Terbangkanlah keluh kesahku
Melewati malam menuju bintang
Di kejauhan pandangku
Ini malam
Aku meradang siksa yang teramat sangat
Siksa dari nuraniku
Bagai cambuk penuh duri
Kehampaan telah tiba
Dengan cemetinya yang berduri
Melukai kulit dari tubuhku
Betapa kurasa
Kau dengan pesonamu
Telah menghadirkan kerinduan
Seakan membentuk jalan menujumu
Dikejauhan pandangku
Wahai sekeliling yang teramat berkuasa
Hukuman rasa apa yang kau beri
Hingga aku terkapar tak ada kuasa
Di tengah padang penuh bunga
Dan ditengah samudera penuh mutiara
Kini kau benar-benar hadir
Dan aku tergantung sepi
Di langit malam
Angin
Terbangkanlah keluh kesahku
Melewati malam menuju bintang
Di kejauhan pandangku
Ini malam
Aku meradang siksa yang teramat sangat
Siksa dari nuraniku
Bagai cambuk penuh duri
Kehampaan telah tiba
Dengan cemetinya yang berduri
Melukai kulit dari tubuhku
Betapa kurasa
Kau dengan pesonamu
Telah menghadirkan kerinduan
Seakan membentuk jalan menujumu
Dikejauhan pandangku
Wahai sekeliling yang teramat berkuasa
Hukuman rasa apa yang kau beri
Hingga aku terkapar tak ada kuasa
Di tengah padang penuh bunga
Dan ditengah samudera penuh mutiara
Doa Dan Embun
Sajak kali ini
Adalah bersama subuh bergumul dingin
Aku terjaga dalam sertaan doamu
Menggemagetarkan jantungku
Sajak kali ini
Ketika sejuk embunmu jatuh di dada
Membuat rinduku tersujud
Di altar penuh cinta
Panjatkan arti-arti mimpi
Penuh pengharapan
Adalah bersama subuh bergumul dingin
Aku terjaga dalam sertaan doamu
Menggemagetarkan jantungku
Sajak kali ini
Ketika sejuk embunmu jatuh di dada
Membuat rinduku tersujud
Di altar penuh cinta
Panjatkan arti-arti mimpi
Penuh pengharapan
Langganan:
Postingan (Atom)