Lekuk bukit telanjang menggigil lelehkan dingin
Jadi sebuah isyarat prahara akan mengapung
Di sekeliling teratai, dan rindu bergantung di akarnya
Dan di teras kesunyian kunang-kunang termanggu
Beralaskan daun mahoni yang layu
Saat badai menyembur dari dalam jiwaku
Derita berserakan dijalanan bagai kerikil
Melukai telapak malam yang menggenggam senyap
Dan semua yang bernafas tertatih
Mengalir dalam darahku menuju dataran rasa
Hingga membusuk dalam rongga nadi
Ragaku terjerembab beku bagai patung lilin
Batang-batang palem lantunkan duka
Iringi untaian sajak kelana sang kabut
Yang mampir sesaat dalam mataku
Dan dari atas sampan yang hanya bergerak bersama arus
Sebab dayungku karam dan layar telah sobek
Aku mencoba tabah mencari namamu
Yang kuselip di dahan cempaka muda
Waktu kerinduan membisik akan ada pertemuan nanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar