WELCOME TO MY BLOG

ini adalah blog pribadi yang memuat karya-karya saya

Selasa, 05 Oktober 2010

RASA YANG KANDAS

Di jalanan penuh bunga
Bersama kita tapaki
selaksa kata kehidupan, tapi
jiwa kita merasa selalu sendiri

Di simpang taman kita terpaku
Menatap musim yang membawa kegersangan
berkendara anak-anak badai
Saat itu kita menjadi lemah
Dan hati tak pernah peka

Rasapun menjadi liar
Mengalir keluar dari luka gundah
bergetar menahan amarah dan waktu
Hingga di ujung jalan
Kita menitipkan diam


Pada sepucuk kembang sepi...

Minggu, 03 Oktober 2010

Menulis Kata

air mata tumpah dlm cawan-MU
dan kita meneguknya menjadi raung
tuk mencuci keikhlasan pd perih pedih kenangan,

aku pun berjalan menatap harap
antara puing dan jerit tangis kaum tertindas,
menulis nama-nama menyimpannya di hati menjadi abadi

krn di atas tanah bergelimang duka:
Kau-lah yang kuasa
Tuhan semesata alam,
yg menulis kata buat pagi dan petang
dan kita telah membacanya dlm suka dan duka


Oktober 2010


Selasa, 28 September 2010

Sajakku

Perjalanan Malam

Tengah malam pun tiba
Dari balik kabut rinduku datang
Kesejukan pun menyatu pada gerimis pada hatiku
Menerobos gelap angkasa dan jiwaku

Seekor laba-laba hitam bergayut di jaringnya
Mengajakku cakapkan perjalanan
Juga perteduhan hati yang terluka
Disimpan malam, disimpan gelap jalanan
Tapi di balik sepi
Selalu ada suara teriakkan mencemooh
(seperti saat aku memilih untuk mencintaimu dengan ketulusan)
Mengetarkan dan memacu degup jantung
Melempar hatiku menyentuh gelap, aku tak bisa apa-apa
Seperti laba-laba hitam yang diam
Ditiduri jaringnya, ditiduri nyanyian kesendiriannya

Pada air mata yang berlalulalang dalam kelam
Suara itu terdengar lagi, kali ini
Ia berseru dari jiwaku yang terdalam
Aku tak bisa melihat dengan hati,
Aku tak bisa merasakan dengan hati,
Aku tak bisa memilikinya dengan hati
Dan suara itu, gelap, hitam tak berujud
Malam pun membentuk satu batasan
Antara sadar dan tidak
Dalam perjalanan malam
Dalam pengembaraan jiwa

2004

Kamis, 12 Agustus 2010

puisi

Usai Kenangan Melintas


Sebelum semua cerita kita kubur pada ikhlas yang dalam
Aku sempat menulis bagaimana rupa cintaku….
Aku sempat mengeja makna perjalanan kasih sayang….

Musim jualah yang berkisah
Tentang kesendirian di jalanan kini
Tentang bait-bait doa di tiap subuh
Tentang senandung syukur di tiap senja

Sebelum semuanya diam mendekam dalam bathin
Kita telah sama-sama sepakat untuk meletakan semua damba
Pada telapak Sang Khalik….


06 Agustus 2010

Minggu, 06 Juni 2010

RATAPAN KELANA

Manakala seekor elang melayang mencari persinggahan
di ujung hari yang mulai melontarkan kesunyian,
tiba-tiba serasa menusuk ingatanku
bagaimana para tetua berkisah
tentang keperawanan gunung dan kesucian laut
yang datangkan kedamaian bagi hidup semua makhluk..
serasa jiwa ingin menyatu dalam kisah itu
biar semua beban di waktu kini usai…

Tapi kembaraku mengintari lekuk bukit-bukit,
tebing dan padang gersang belum usai
walau renungan demi renungan jadi gelisah dalam benakku
yang ku cari tak kudapat selain sebuah nama
torehan belati bermakna pengrusakan di batang pinus tua
yang pasti bangunkan makian kaum pecinta keselarasan..
KEEEOOOD………………..’

Di atas sana puasa kesabaran sang elang pun mulai usai
OOOSSSAAAAAALLLL……………’
ketika sampai di pantai kota campur aduk,
batu-batu hitam diam sembunyikan jutaan sampah dicelanya
mengubur kisah pantai pasir putih
dan hanya ikan-ikan kecil gelisah menatap
saat sahabatnya terperangkap dalam plastic,
bukan saya..
anda..
atau siapa pun yang gagah perkasa dan cantik jelita…

Kini….
Kedamaian kita adalah kedamaian tikus-tikus dalam selokan
tak akan lagi kau dengar ramainya suara satwa di hutan sana
tak akan lagi kau hirup kebahagiaan karena nafas di sini adalah amukkan debu
tak akan lagi kau lihat jernih sungai di tengah kota
karena seperti usai kemarau panjang
sungai mengering dan kotor…
tak akan lagi kau lihat buih putih gelombang tanpa sampah terhentar ke tepian

Semua telah berkisah pada sang elang
yang tak lagi melintasi kota ini,
Ia terbujur sepi bersama bangkai tikus-tikus tua
di gunung tandus di pulau yang bernama
awal kehancuran…

Henrolds Tatengkeng
Manado, 5 Juni 2010

Kamis, 27 Mei 2010

Ma, apakah Papa layak bertemu Tuhan Yesus ?

Seperti kata pepatah, "Cinta itu BUTA ! ! " dan itulah yang aku alami,
karena cinta aku diusir dari rumah; orang tuaku tidak mengakuiku lagi
sebagai anaknya! itu semua karena aku "murtad"! aku menjual imanku
hanya karena seorang laki-laki yang saat ini menjadi suamiku !.

Saat Bang Ramadan melamarku, dia berjanji bahwa aku mengikuti
keyakinannya hanya pada saat Ijab Kabul, setelah itu aku bisa kembali
menjadi orang Kristen, aku percaya pada ucapannya, yap .. . . cinta
membuatku BUTA!. Tapi apa yang terjadi, janji hanya tinggal janji,
setelah kami menikah dengan keras dia melarangku untuk pergi kegereja.
Jangankah pergi kegereja mendengar lagu rohani atau membaca Alkitabpun
tidak diperbolehkan, belum lagi Ibu mertuaku sering kali membandingku
dengan menantu-menantunya yang lain, aku dikatakan kafir karena aku
beragama Kristen dan kondisi ini tidak hanya mempengaruhi diriku tapi
aku tau Bang Ramadan juga tertekan dengan gesekan-gesekan dari
keluarganya.

Sekali waktu aku kedapatan membaca Alkitab, tampa berkata apa-apa dia
mengambil Alkitab yang ada ditanganku dan membakarnya didepan mataku !
bahkan dia mengancam akan menceraikanku jika melihatku membaca Alkitab
atau mendengar lagu rohani.

Dalam kondisi seperti ini aku butuh teman untuk mendengar keluh kesahku,
tapi aku tidak punya siapa-siapa. Apa kata mama, papa dan adik-adikku
kalau mereka tau betapa tersiksanya aku.

Sering kali aku menangis jika mengingat kebodohan yang aku lakukan, saat
berpacaran Bang Ramadan begitu baik, pengertian dan sabar, tak jarang dia
mengantarku ke gereja untuk mengikuti kegiatan gereja, tidak hanya itu
terkadang dia ikut masuk dan duduk dikursi paling belakang, karena itulah
aku percaya saat dia melamarku dan berjanji setelah menikah kami
berjalan sesuai keyakinan kami masing-masing.

Satu tahun setelah kami menikah, kami dititipin Tuhan seorang putri,
namanya Siti Aminah. Sebenarnya aku tidak setuju nama yang di berikan
untuk putriku, tapi kembali aku tak mampu merubah keputusan bang Ramadan,
apalagi nama itu pemberian Ibu mertuaku.

Karir bang Ramadan semakin hari semakin meningkat, selama 3 tahun
pernikahan kami sudah berapa kali dia di promosikan dan dikirim ke luar
negri. Rencananya, dalam waktu dekat perusahaan akan mengirimnya
kembali ke Australia selama 2 minggu. Aku percaya ini bagian dari
rencana Tuhan dalam hidupku, karena disaat suamiku selama dua minggu
tidak di rumah, Tuhan menegurku untuk berbalik kepadaNya setelah tiga
tahun hidup dalam kebimbangan.

Walau sikap suamiku sering melukai hatiku, tapi baru ditinggal dua hari
aku merasa kehilangan. Untuk menghilangkan rasa sepi aku dan Siti jalan
ke Plaza, dia sangat senang melihat permainan yang ada di Time Zone.

Ketika di mall, kakiku berhenti tepat di sebuah toko mungil, toko itu
dulu sering aku kunjungi bersama Mama, tapi itu sudah lama berlalu ! !
Aku ingin sekali masuk ke toko itu tapi ada rasa bersalah, aku merasa
tidak pantas masuk kedalam Toko itu. Saat bingung, tiba-tiba aku mendengar
bisikan dihatiku,"masuklah anakKu, kenapa engkau ragu ?" aku sangat yakin
kalau Roh Kuduslah yang berbicara bagiku

Setelah melihat kiri dan kanan, dan aku yakin orang tak ada orang yang
aku kenal disekitarku, perlahan-lahan aku masuk ke Toko Buku & Kaset
Rohani tersebut, walau pramuniaga menyambutku dengan ramah, aku merasa
asing didalam toko tersebut. Sesaat mataku tertuju pada sebuah Alkitab
mungil, dengan ragu-ragu aku ambil dan mulai membukanya.

Aku tidak tau, apa yang membuatku nekat siang ini, aku membeli Alkitab
tersebut dan beberapa buah CD lagu rohani. Aku sadar penuh, kalau
suamiku tau apa yang aku lakukan siang ini, dia pasti akan marah atau
bahkan menceraikanku seperti ancamannya beberapa tahun yang lalu.

Setibanya dirumah, aku memasang CD lagu rohani yang baru aku beli ; ada
rasa damai dihatiku, ada suka cita yang memenuhi relung hatiku, sesuatu
yang sudah lama hilang dalam hidupku. Untuk pertama kalinya setelah 4
tahun menikah, aku kembali memegang Alkitab. Aku gemetar dan tak kuasa
menahan tangis, aku mulai membaca Alkitab baruku dan mencoba
mengingat-ngingat ayat favoritku ketika masih aktif digereja.

Mataku terhenti di ayat ini, tak kuasa aku menahan tangis, rasanya terlalu
lama aku melukai Tuhan Yesus.
Kisah Para Rasul
4:11 Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu
kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru.
4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia,
sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada
manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.

Aku tidak ingin kehilangan suamiku dan putriku, jika aku berontak suamiku
tidak hanya marah tapi akan menceraikannku dan mengambil anakku
satu-satunya.

Kemarin malam bang Ramadan telepon dan mengatakan kalau dia pulang
lebih awal dari yang direncanakan, ternyata dalam waktu sepuluh hari
dia bisa menyelesaikan tugas yang diberikan perusahaan padanya.

Satu sisi aku ingin kembali kepada Kristus, tapi satu sisi lagi aku
takut kehilangan orang-orang yang aku cintai, dan seandainya aku di usir
dari rumah, kemana aku harus berlindung karena sampai saat ini papa
masih belum memaafkanku.

Akhirnya suamikupun kembali keIndonesia, untuk menghindari pertengkaran
semua lagu-lagu rohani dan Alkitab yang baru aku beli, terpaksa aku
simpan di gudang, aku tidak mau untuk kedua kalinya suamiku membakar
Firman Tuhan.

Satu minggu pertama setelah suamiku kembali ke tahan air, aku masih
mencoba bertahan untuk tidak mengungkapkan keinginanku untuk menagih
janjinya yang tertunda, aku bebas menjalankan keyakinanku. Yang membuat
aku bingung untuk melangkah, aku melihat dia berubah, menjadi lebih
perhatian dan penyabar sekembalinya dari Australia.

Tapi semakin aku mencoba melawan hasratku untuk mengutarakan
keinginanku, maka semakin besar tingkat stressku ; aku gelisah ! gimana
ngak stress . . . . hampir tiap malam aku mimpi bertemu dengan seseorang
yang mengingatkanku untuk berbalik kepada Kristus.

Satu bulan aku bergumul, aku berdoa dan berpuasa meminta kekuatan dari
Tuhan, dan aku berpegang pada Firman Tuhan yang mengatakan, "Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi
rumahmu.". Aku yakin dan percaya suatu saat Tuhan akan menjamah suamiku
dan melunakkan hatinya.

Menjelang malam, sepulang dari kantor suamiku bilang dia mau bicara hal
penting dan usahakan Siti bisa cepat tidur supaya tidak mengganggu.
Aku jadi ketakutan sendiri, pikirku apakah suamiku tau saat dia pergi
aku mendengarkan lagu rohani dan membaca Alkitab ? atau jangan-jangan di
menemukan Alkitab atau CD rohani yang aku simpan digudang ?.

Aku cukup kenal sifat Bang Ramadan, aku bisa membaca dari raut wajahnya
kalau dia sedang ada masalah dikantor, aku tau kalau dia sedang marah tapi
berusaha menahan diri. Sebenarnya bang Ramadan adalah suami yang baik,
kalaupun selama ini dia melarangku ikut ibadah digereja itu karena
tekanan dari keluarganya, karena adik-adiknya semuanya menikah dengan
wanita yang berkerudung, dan sebagai anak lelaki tertua dia malu
istrinya beda dengan istri adik-adiknya.

"Apakah mama bahagia menikah dengan papa ?", ini pertanyaan pertama yang
dilontarkan oleh bang Ramadan setelah kami duduk diruang tamu.
Pertanyaan ini membuat aku bingung dan gugup, kenapa suamiku tiba-tiba
memberiku pertanyaan seperti ini. Aku hanya mengangguk, aku harap
anggukan sudah menjawab pertanyaannya dan pembicaraan selesai.
"Apakah mama tidak dendam karena papa pernah membakar Alkitab dan
lagu-lagu rohani diawal kita menikah dulu ?', kembali bang Ramadan
bertanya padaku.

Aku pikir inilah kesempatan untuk bicara padanya, "Pa, kalau aku mau jujur
aku kecewa saat dilarang mendengar lagu rohani, apalagi saat Alkitab
yang aku baca dirampas dan dibakar didepan mataku, apalagi sebelum
menikah kita sepakat untuk menjalankan keyakinan masing-masing kan ? tapi
aku sangat mengasihi papa dan Siti dan mama tau kalau papa pun sangat
mengasihi mama. Keadaan yang membuat papa bersikap kasar padaku, tekanan
keluarga yang membuat papa mampu melukaiku, padahal aku tau kalau papa
sangat cinta pada mama".

Lidahku kelu, saat aku melihat suamiku bersimpuh, bahkan mencium kakiku !
ups. .. . . bang Ramadan menangis! ! ! , bang Ramadan minta ampun karena
melukai hatiku selama tiga tahun pernikahan kami. Untuk pertama kalinya
aku melihat suamiku menangis, masih dengan tersedu-sedu dia berkata,"Saat
aku di Australia, Ridho menelponku, (Ridho adik bungsu suamiku, dan
istrinya adalah menantu kebanggaan Ibu mertuaku, dia tidak hanya cantik
tapi juga kaya dan selalu pembawaannya lemah lembut dan bertutur kata
sopan), Ridho berniat untuk menceraikan istrinya, karena kedapatan
selingkuh dengan rekan bisnisnya.

Terus terang Papa malu pada mama, selama ini papa selalu
membanding-bandingkan mama dengan istri adik-adikku yang kelihatan
saleh, tunduk pada suami, rajin sholat tapi ternyata kelakuan mereka tidak
sesuai dengan apa yang kelihatan selama ini, belum lagi Ibu sering
membandingkan mama dengan menantu-menantu yang lainnya ! dan ternyata
tidak hanya istri Ridho yang bermasalah, minggu lalu istri Fadli juga
di tangkap polisi karena ketahuan memakai Narkoba bersama teman-temannya."

Setelah agak tenang dan mulai bisa mengendalikan emosi, Bang Ramadan
mengambil sesuatu dari lemari, dan memberikannya padaku. Mataku
terbelalak, ternyata isi dari amplop itu adalah Alkitab yang aku simpan
digudang satu bulan yang lalu.

"Papa menemukan Alkitab ini, saat mencari barang bekas digudang kita,
mama jangan takut karena mulai saat ini mama bebas mendengar lagu rohani
dirumah kita, membaca Alkitab atau kalaupun mama mau pergi ke gereja
dengan Siti, papa tidak akan melarang". Ini rumah mama, jadi berbuatlah
sekehendak mama, papa tidak akan melarang kalau apa yang mama lakukan
membuat mama bahagia".

Aku tidak mampu berkata-kata, apa yang aku alami malam ini seperti mimpi
! ! ! Seperti Firman Tuhan katakan, "Tuhanlah yang berperang bagi orang
yang berharap dan berbalik padaNya".

Aku memeluk suamiku dan kami menangis bersama dan minta maaf karena
selama ini kami ijinkan orang lain mengatur kehidupan rumah tangga kami,
dan tampa kami sadari semua itu melukai hati pasangan kami.

Untuk pertama kali setelah tiga tahun membina rumah tangga, aku pergi
kegereja, tidak hanya aku yang semangat tapi putriku pun kelihatan
suka cita, sepertinya dia tau kalau mamanya sangat bahagia.

Yang membuatku heran Bang Ramadan yang rencananya mengantar kami
kegereja juga berpakaian sangat rapi, tapi aku tidak banyak tanya,
jangan sampai pertanyaanku membuat dia berubah pikiran.

Saat aku hendak turun dari mobil, bang Ramadan memegang tanganku, dengan
tatapan penuh harap dia berkata,"Mama, apakah papa layak bertemu Tuhan
Yesus ?".

SKETSA SUATU MASA



Taktala alam menimbun mimpiku
Di pusar kehidupan segala yang bernafas
Kutinggalkan sendiri pada sebongkah kapur
Dan memandang siapa yang melintas

Di gunung gemuruh bergelombang
Pada lekuk-lekuk tandus
Menggetarkan akar ilalang yang diam
Dalam iringan nyanyain sunyi

Terbayang sosok tubuh mungil berlari
Menuruni lereng ke pantai teduh
Di situ angin berhembus lembut
Seperti sutra seorang puteri menyapu wajah menyapa hati

Di tengah belantara hitam terkuak mantra-mantra pembebasan
Seketika langit bergejolak dan berjatuhan mimpi-mimpi
Rasa terkungkung di dalamnya mengintip bintang dari celah sunyi

Telah jauh perjalanan batin
Mencari kepenuhan bejana jiwa
Melintasi padang semak-semak dan tanjung karang tajam

Tubuh bersilah dalam ketakberdayaan menggenggam pasir
Dari pantai tanah perdamaian yang menimbun nama kekasih

Ruh pun terbang ke samudera menabur kata-kata duka
Karena di dasar terdalam ada bisikkan
Tentang kekuatan yang tak pernah menyimpan mimpi

Di bayang siang dan mimpi malam raga tertidur dan hati berkelana
Menunggui waktu demi nama dari cinta pemberi cinta


2005

LANTARAN NYANDA ADA ROKOK DENG KOPI

Kalo orang boleh tau apa yang tasambunyi di ombong
So pasti nda ada yang bangung pagi,
Ini kita tanya pa ngana pe foto
Yang tagantong so ba lawa-lawa
Di kamar bobou roko

Di jalan, orang-orang yang kita lia
Rupa ba bawa lampu kana
Kita jadi nda mangarti, sebab yang kita kanal
Cuma bangunan, cuma jalang
Deng kota ini pe nama manado

Apakah kita so lahir ulang?
Ato mungkin ini kota yang so gila
Samua so da pa lia satu warna
Tampa yang bisa kita dudu ba lia lao ba lia omba
Deng batunggu maitua, jadi sepi

Ini kota rupa dapa kutuk
Bekeng ontak jadi nda karuan
Sama deng tusa ba cari tampa bera,
Lama sekali kita di kafe sunyi
Ba lia orang, sapa tau ada yang kita kanal


2006

Selasa, 25 Mei 2010

angka nolkah?

tak banyak kata....

di musim mana?
...............
...............

biarlah

aahhh... membosankan..
"tapi" kenapa musti dia di awal segalanya

tak penting katanya untuk dipikirkan
tak baik katanya...

pada barisan itu...

mengoceh ocehan pengoceh...

...............
...............

sudah di mulaikah?
kita masih menunggu beberapa saat lagi..
beberapa saat itu beberapa lama.....?

kembali lagi...
kembali lagi...
kembali lagi...

sudah, jangan dipikirkan..
mungkin atau tak mungkin akan menjadi sebuah kemungkinan..

Rabu, 28 April 2010

O KATA



O Kata

Sudah genap
O kata
Dua patah,
Yang dikata dengan nyata,
Oleh badan payah patah.
Itu kata
Ada berita,
Terbesar dari sewarta,
Karna oleh kata nyata
Tuhan menang segala titah!
Karna kata,
Aku serta
Oleh Allah diberi harta
Selamat alam semesta

J.E.Tatengkeng

Puisi J. E. Tatengkeng

PANGGILAN PAGI MINGGU

Sedang kududuk di ruang bilik,
Bermain kembang di ujung jari,
Yang tadi pagi telah kupetik,
Akan teman sepanjang hari.
Kudengar amat perlahan,
Mendengung di ombak udara,
Menerusi daun dan dahan,
Bunyi lonceng di atas menara.
Katanya:
Kukui apang biahe,
Lulungkang u apang nate
Kupanggil yang hidup,
Kutangisi yang mati,
Pintu jiwa jangan ditutup,
Luaskan Aku masuk ke hati
Masuklah, ya, Tuhan dalam hatiku!

Sajak Robert Frost

Jalan tidak diambil
metaphors, personifications, similes, and alliterations.

Dua jalan bercabang di sebuah hutan kuning,
Dan maaf aku tak bisa bepergian berdua
Dan menjadi salah satu perjalanan, lama aku berdiri
Dan melihat ke bawah satu sejauh yang saya bisa
Untuk mana ia membungkuk di semak-semak;

Kemudian mengambil yang lain, seperti adil,
Dan mungkin lebih baik klaim
Karena itu berumput dan ingin pakai,
Meskipun sebagai untuk bahwa lewat sana
Apakah mereka benar-benar dipakai hampir sama,

Dan pagi itu keduanya sama-sama berbaring
Dalam daun tidak ada yang hitam langkah dilalui.
Oh, aku menandai pertama untuk hari lain!
Namun mengetahui bagaimana cara mengarah kepada cara
Aku ragu apakah aku harus kembali.

Aku akan menceritakan ini dengan menghela napas
Di suatu tempat berabad-abad maka:
Dua jalan bercabang di hutan, dan aku,
Aku mengambil satu jarang dilalui oleh,
Dan yang membuat perbedaan.

Oleh Robert Frost

Sabtu, 17 April 2010

....................................

Bila nanti kau pandang aku di utara
Sebagaimana muasalku adalah generasi pengelana
Yang perkasa di darat juga di laut
Aku telah berada di selatan, barat atau timur
Menimang kata dan rasa tentang cinta

Aku mungkin bukan petarung sejati
Atau pengembara yang berani
Mengelilingi tanahmu demi kedamaian hati
Dengan selaksa doa yang terselip pencarian
Dimanakah cinta anugerah Sang Khalik

Karena dulu dalam kebersamaan kau dan aku
Kita sedang mengunyah kebodohan
Yang lahir dari sempitnya ruang usia
Dan dalam ketaksadaran itu
Kita benar-benar bisu terhadap arti dari rasa

Untukmu yang berlalu
Akan kupilih gerbang bertanda pasti
Dari keempat arah mata angin
Dan kujadikan titik tengah
Untuk anugerah cinta kekasihku

Selasa, 13 April 2010

Untuk Arti Penantian

Kala aku masih merasa bisa menunggumu
Waktu meleleh di taman kota yang mulai sepi
Seikat kembang telah mengeluh ditanganku

Kerinduanku beringsut lebur dalam sapaan pelacur
Tetapi keinginan tak bisa kucairkan padanya
Kunasihati seikat kembang dengan ketabahan

Biarlah malam ini embun menjadi indah
Dalam sorot lampu jalanan dan taman
Dan memberi sajak untuk bangku di taman kota

Kesunyian semakin jauh menerbangkan mimpi
Aku masih merasa bisa untuk beberapa saat
Menungguimu agar ini benar-benar sebuah penantian

Sabtu, 10 April 2010

SENANDUNG TAMPUSU II

Lekuk bukit telanjang menggigil lelehkan dingin
Jadi sebuah isyarat prahara akan mengapung
Di sekeliling teratai, dan rindu bergantung di akarnya
Dan di teras kesunyian kunang-kunang termanggu
Beralaskan daun mahoni yang layu
Saat badai menyembur dari dalam jiwaku

Derita berserakan dijalanan bagai kerikil
Melukai telapak malam yang menggenggam senyap
Dan semua yang bernafas tertatih
Mengalir dalam darahku menuju dataran rasa
Hingga membusuk dalam rongga nadi
Ragaku terjerembab beku bagai patung lilin

Batang-batang palem lantunkan duka
Iringi untaian sajak kelana sang kabut
Yang mampir sesaat dalam mataku
Dan dari atas sampan yang hanya bergerak bersama arus
Sebab dayungku karam dan layar telah sobek
Aku mencoba tabah mencari namamu
Yang kuselip di dahan cempaka muda
Waktu kerinduan membisik akan ada pertemuan nanti

GELAGAT RINDU

Di dalam kelam aku datang padamu
Mengantar sedikit pesan yang kuperoleh
Ketika waktu hanyalah mimpi semata
Untuk s’lalu bersamamu menjamah waktu
Dan memberi hiasan permata disepanjang jalanmu

Kita hanya bisa bersua dalam malam
Penuh nada, irama sunyi hanyalah rindu
Dengan keliahiannya membuat ruh para pecinta
Masuk dalam kungkungan rasa aku dan dirimu
Sebagai petualang di rimba paruh rindu

Cinta dan artinya yang tertera dalam bentangan pandang
Kadang kelabu dalam dada yang mendamba
Untuk kita yang punya cerita dan melahirkan kisah
Dalam jaman yang selalu histeris kedamaian
Karena ditiap senja keinginan tak terbendung datang

Telah tersebar dengan penuh keharuan
Bunga-bunga yang dipetik dari ketandusan rasa
Yang mencuat kala kata-kata penuh pemujaan pada cinta
Menjadi tiang penyangga jantungku
Yang tertanam dalam hening sang kesunyian

Kini dan nanti akan ada kisah tertulis
Tentang setapak penuh air mata dan darah
Tetapi bukan aku atau dirimu yang menceritakannya
Kepada generasi yang datang nanti
Karena kita adalah tokoh yang kelam didalamnya

Di penghujung kelam masih ada kekelaman
Dan itu membawaku menemuimu dengan sisa nafas
Mencoba membilas kekelaman dengan kemurnian
Yang kuperoleh ketika kau datang di suatu malam
Di antara malam-malam yang selalu sepi

YANG KAN BERAKHIR

Biarkan sisa umur kita jadi dendam yang menyatu
Melawan gumul lara yang tak tentu batas
Dalam bentangan kenangan di sepanjang jalan
Dan yang tersebar di pantai dekat kediamanmu

Karena akan ada disuatu hari tanpa kita sadari
Bunga-bunga mengembang menembus jeruji duri
Dan dengan keangkuhan aromanya mereka berteriak
Kami telah merdeka dari semua kenangan lalu
Tetapi aromanya telah beracun saat dalam desakkan waktu
Begitu lama mereka mencari kebebasan dan artinya

Bangkitkan kekuatan seperti gelombang menelantar
Tiap benda yang mengapung di lautan
Agar tertulis oleh tangan-tangan waktu dengan bersih
Pada dinding kamarmu semua pertarungan rasa
Yang terciptakan karena kelemahan
Dalam rahim sanubari dan jiwamu

Di bumi ini tersimpan intisari alam yang dasyat
Terpendam dalam pelukan bukit karang
Kau tak pernah menyadari kalau itu juga sebuah kekuatan
Di sana kenangan-kenangan selalu abadi tersimpan
Terlebih cinta dan kemisteriusan yang erat mengikatmu
Kau tak berdaya dalam jajahannya

Segala dera
Segala kekuatiran
Segala sedih
Segala luka
Segala-galanya adalah sahabat sang kelemahan
Yang ada bersama makna dari kehidupan

Senin, 05 April 2010

RINDUKAH AKU

Kesendirian
Kini kau benar-benar hadir
Dan aku tergantung sepi
Di langit malam

Angin
Terbangkanlah keluh kesahku
Melewati malam menuju bintang
Di kejauhan pandangku
Ini malam
Aku meradang siksa yang teramat sangat
Siksa dari nuraniku
Bagai cambuk penuh duri

Kehampaan telah tiba
Dengan cemetinya yang berduri
Melukai kulit dari tubuhku
Betapa kurasa

Kau dengan pesonamu
Telah menghadirkan kerinduan
Seakan membentuk jalan menujumu
Dikejauhan pandangku

Wahai sekeliling yang teramat berkuasa
Hukuman rasa apa yang kau beri
Hingga aku terkapar tak ada kuasa
Di tengah padang penuh bunga
Dan ditengah samudera penuh mutiara

Doa Dan Embun

Sajak kali ini
Adalah bersama subuh bergumul dingin
Aku terjaga dalam sertaan doamu
Menggemagetarkan jantungku

Sajak kali ini
Ketika sejuk embunmu jatuh di dada
Membuat rinduku tersujud
Di altar penuh cinta
Panjatkan arti-arti mimpi
Penuh pengharapan